Hai,
apa kabar? Senang berjumpa dengan kalian--walaupun cuma lewat tulisan, hehehe.
Izinkan di blog ini saya berbagi bacaan tentang bahasa Indonesia, ya! Apa?
Gak diizinin? Ya wong ini blog saya, terserah saya, dong? :p
Yah,
diizinin atau enggak, saya akan tetap nulis tentang bahasa Indonesia di sini.
Oh
iya, maap, kalo waktu nulis blog ini bahasa yang saya pakai tidak baku. Padahal
mau ngomongin bahasa Indonesia. Hehehehe.
Oke,
postingan pertama ini saya akan membahas tentang singkatan.
Apa
itu singkatan?
Singkatan
adalah hasil dari kegiatan menyingkat.
Ya,
kalo lukisan hasil dari kegiatan melukis.
Tepuk
tangan untuk kita! *prokprokprok*
Baiklah,
kali ini serius. Yang dimaksud dengan singkatan adalah bentuk yang dipendekkkan
yang terdiri dari satu huruf atau lebih.
Yah,
kita tinggalkan saja definisi. Pasti kalian juga bingung, kan?
Lanjut.
“Emang
singkatan itu susah, ya? Sampe harus belajar tentang singkatan gitu.”
Kepikiran
kayak gitu gak sih? Kalo kepikiran coba saya tanya: kenapa penulisan singkatan
sekolah menengah pertama ditulis dengan huruf kapital? Kenapa kalo kita
nyingkat ‘halaman’ jadi ‘hlm’ enggak kapital? Terus yang bener itu nulisn cm
kecil duaduanya atau kapital duaduanya? Atau c-nya doing yang kapital?
Tau?
Kalo
tau Alhamdulillah, tapi kalo belum tau mari kita bahas.
Hal
pertama yang perlu kita inget, bahasa, sebagai mana ilmu lainnya, juga punya
aturan di dalamnya. Nah, tentang penulisan singkatan ini juga ada aturannya,
sob.
Pertama,
kalo kita mau menyingkat nama orang, nama gelar, sapaan, atau pangkat,
diakhirnya kita pakein tanda titik.
Contoh,
misalnya kita mau menyingkat nama presiden ketiga kita: Burhanuddin Jusuf
Habibie. Berarti kita nyingkatnya jadi B. J. Habibie. Nyingkatnya jadi Dr. kalo
kita mau nyingkat gelar doktor. Sapaan, misalnya Bapak Ali jadi Bpk. Ali. Kalo
pangkat? Apa coba nama pangkat? Jenderal? Jadi Jend., kan? Bagus! Berarti udah
paham ya?
Gampang
kan belajar bahasa Indonesia? Hahahaha.
Lanjut,
aturan kedua. Kalo kita mau menyingkat nama lembaga negara, nama organisasi,
dan nama dokumen resmi, kita kudu nulis singkatan itu dengan huruf kapital
semua dan gak perlu diakhiri titik. Contohnya kayak sekolah menengah pertama
tadi. SMP kan nama lembaga, jadi ya kudu kapital semua dan gak perlu tanda titik.
Contoh lainnya kayak DPR, MPR, UUD, KTP, SIM, PSSI, PGRI, dan banyak lainnya.
Paham?
Bisa cari contoh lainnya? Pasti kalian bisa. Ya, kan?
Abis
aturan kedua. Berarti aturan ketiga. Aturan ketiga berbunyi: singkatan umum
yang terdiri dari tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik. Misal, kita
mau nyingkat dan lain-lain. Kan jadi tiga huruf tuh: dll. Nah berarti setelah
dll pake tanda titik.
Gampang,
kan?
Terus,
kalo singkatannya cuma dua huruf gimana?
Kalo
cuma dua huruf, kayak misal kita mau nyingkat ‘atas nama’--kan cuma a sama n
tuh, nah kita pakein tanda titik di tiap hurufnya. Jadi: a titik n titik (a.n.)
Sip,
ini aturan terakhir, aturan keempat. Kalo kita mau nyingkat satuan ukur sama
mata uang, kita tulis singkatannya dengan huruf kecil dan tanpa diakhiri tanda
titik. Misalnya mau nyingkat centimeter, berarti cuma huruf c kecil sama m
kecil doing (cm). kalo mau nulis rupiah, berarti cuma Rp doing tanpa titik.
Jadi, kalo selama ini kalian kalo nulis seriibu rupianya begini: Rp.1.000, kalian
salah. Gimana yang bener?
Udah,
cuma segitu aja. Semoga berfaedah.
Salam
tampan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar